Hanafi & Corrie du Bussee adl dua orang yang sudah bersahabat sejak kecil. Hanafi merupakan keturunan orang melayu sedangkan Corrie keturunan Eropa, namun perbedaan tersebut sama sekali tidak berpengaruh pada persahabatan mereka. Sejak kecil, Hanafi disekolahkan di sekolah Belanda dan menerima pendidikan dengan cara Barat sehingga sampai dia dewasa, adat Barat melekat erat pada dirinya dan Ia pun sering merendahkan bangsanya sendiri. Satu-satunya yang membuatnya masih tinggal di tanah kelahirannya yang berlokasi di Solok, Sumatra Barat hanyalah ibunya yang memegang teguh adat Timur.
Saat cerita ini dimulai, Corrie du Bussee sedang dalam pakansi dan pulang ke rumahnya di Solok. Ia sering menghabiskan waktu bersama Hanafi, sahabatnya yang keturunan Melayu. Ternyata setelah lama bergaul dengan Corrie, Hanafi merasa jatuh cinta kepadanya dan pada suatu hari Ia menyatakan perasaannya pada Corrie, namun Corrie sendiri selalu menyangkal bahwa Ia juga mencintai Hanafi, semua perilaku yang mengisyaratkan cinta Ia sangkal dan tetap teguh untuk menganggap Hanafi sebagai sahabat. Terlebih lagi ayahnya pernah mengatakan jika orang berkebangsaan Eropa menikah dengan orang dari bangsa Melayu, orang Eropa tersebut akan dipandang hina oleh teman sebangsanya. Pandangan tersebut akan lebih hina lagi apabila yang menikah dengan orang Melayu adalah wanita. Tuan du Bussee menceritakan hal itu berdasarkan pengalamannya saat menikahi almarhum ibu Corrie yang berasal dari bangsa Timur. Oleh karena itu Corrie memutuskan untuk mengunjungi temannya ke Bukittinggi disisa pakansinya agar tidak bertemu dengan Hanafi.
Hanafi merasa sangat terpukul dengan perlakuan Corrie sampai jatuh sakit, ibunya memanggil dokter dan terus mendampinginya saat dia sakit. Saat keadaan Hanafi mulai membaik, ibunya mulai mengeluarkan keluh kesahnya atas pergaulannya dengan Corrie dan kesenangannya dengan adat barat, kemudian mulai menceritakan bahwa Hanafi telah memiliki seorang tunangan bernama Rapiah dan menyuruh Hanafi menikahinya, Hanafi sangat ingin menolaknya namun ibunya berkata bahwa Hanafi mempunyai hutang budi yang sangat besar kepada ayah Rapiah dalam pembiayaan di masa sekolahnya dulu. Merasa tak punya pilihan, akhirnya Hanafi menikahi Rapiah dan mempunyai anak bernama Syaief.
Dua tahun sudah berlalu sejak Hanafi menikah, selama itu perlakuannya terhadap Rapiah selalu kasar karena ada saja yang membuat Hanafi merasa tidak puas, namun Rapiah hanya menanggapi dengan penuh kesabaran. Setiap kali sang ibu menasehatinya, Ia selalu menyalahkan ibunya yang telah memberikan istri seperti Rapiah, bahkan anaknya pun takut kepadanya. Perilaku Hanafi terhadap rumah tangganya telah menyebar di seluruh desa, pada akhirnya Hanafi menjadi tersisih dari pergaulan.
Pada suatu hari, secara tidak sengaja terkena gigitan seekor anjing gila dan harus menjalani masa pengobatan selama tiga minggu di Betawi. Saat mengantar kepergian Hanafi, Rapiah dan mertuanya merasakan firasat buruk bahwa Hanafi tidak akan pulang ke Solok lagi.
Di Betawi, Corrie yang masih bersekolah di HBS sedang tidak sabar menunggu umurnya mencapai 21 tahun agar Ia dapat menjadi orang yang merdeka dan mendapatkan uang hasil pelelangan rumahnya di Solok. Setelah ayahnya, tuan du Bussee meninggal, Corrie merasa kehilangan semangat dan tidak memiliki niat untuk sekolah sedikit pun, Ia berencana akan melanjutkan sekolah sampai berumur 21 tahun saja, namun Ia masih memikirkan apa yang akan dilakukannya setelah merdeka, Ia tidak memiliki tujuan sama sekali sampai merasa bosan untuk hidup. Saat sedang merenungkan hal tersebut, secara tidak sengaja Ia bertemu kembali dengan Hanafi, sahabat yang sangat dirindukannya dan banyak menghabiskan waktu bersamanya. Perlahan-lahan semangatnya untuk hidup muncul kembali.
Hanafi sangat bahagia saat bertemu kembali dengan Corrie yang sangat Ia rindukan, karena hanya pada Corrie dia bisa mencurahkan perasaan apapun. Segera Ia bercerita tentang pernikahannya dengan istri pemberian ibunya yang Ia nikahi karena memiliki hutang dan sangat senang karena Corrie mau mengerti dirinya. Karena tidak ingin berpisah lagi dengan Corrie, Hanafi meminta kepada kantor tempatnya bekerja di Solok agar tempat kerjanya dipindahkan ke Betawi, Ia juga memasukkan surat permohonan agar haknya disamakan dengan bangsa Belanda, bahkan mengirim surat cerai kepada Rapiah melalui Ibunya. Hanafi menceritakan hal tersebut pada Corrie di pesta ulang tahun Corrie yang ke-21. Mendengarnya, Corrie merasa berdebar-debar tidak karuan dan merasa bahwa Ia masih punya kesempatan untuk bisa hidup bersama dengan Hanafi, bahkan sampai tak sengaja berandai-andai kalau Hanafi menyatakan perasaannya lagi, kali ini Ia akan menerimanya, namun di lain pihak, Corrie merasa tidak enak hati karena Hanafi benar-benar jadi bercerai dengan Rapiah, anaknya, serta ibunya di Solok, perasaannya jadi serba salah.
Di Solok, Rapiah dan menantunya tidak henti-hentinya berharap bahwa Hanafi akan segera pulang walaupun waktu berobat tiga minggu sudah selesai, namun yang datang hanya surat keputusan yang isinya membuat hati mereka sangat sedih, ibu Hanafi yang tidak kuat kalau harus berpisah dengan Rapiah dan Syaief juga memohon dengan sangat agar mereka tetap tinggal bersamanya, Rapiah merasa sangat iba dan sedih melihat menantunya menuruti keinginannya dan bersama-sama mereka pindah ke kampung ibu Hanafi di Bonjol.
Setelah pengakuan hak Hanafi untuk disamakan dengan bangsa Eropa keluar, Hanafi diperbolehkan memakai nama Christiaan Han sebagai nama Belandanya. Ia membawa kabar gembira ini kepada Corrie kemudian melamarnya karena sekarang mereka sudah sederajat. Setelah membeli rumah dan mengurus isinya, Hanafi dan Corrie pun pergi ke ambtenaar Burgelijke Stand (pegawai pendaftaran warga negara) bersama dua orang saksi dan menikah di sana.
Namun setelah Hanafi dan Corrie menikah, kehidupan mereka ternyata tidak seperti yang Hanafi harapkan, sikap Corrie tiba-tiba berubah menjadi penurut kepada suaminya, sebenarnya Hanafi lebih menyukai Corrie yang ceria dan keras kepala namun Ia masih memakluminya. Teman-teman Hanafi dari kalangan Eropa kurang menyetujui pernikahan Hanafi dan Corrie, menurut mereka meskipun Hanafi sudah disamakan haknya dengan orang Eropa, tetap saja Hanafi seorang Bumiputra dan kurang pantas menikah dengan bangsa Eropa. Tetangga yang tinggal di sebelah rumah mereka yang merasa iri akan kecantikan Corrie juga menambah masalah dengan menyebarkan gosip aneh. Akhirnya Hanafi dan Corrie memutuskan untuk bersabar dengan hidup yang kurang pergaulan. Di tengah semua masalah ini, satu-satunya teman bagi Corrie adalah juru masaknya, dan pedagang keliling bernama mak Lien yang dapat mengembalikan keceriaannya seperti dulu. Namun mak Lien menghianati Corrie dengan bermaksud menjodohkannya dengan orang tak dikenal, hal tersebut membuat Corrie merasa sangat sakit hati. Rasa sakit hatinya semakin bertambah ketika Hanafi menuduhnya berselingkuh dengan laki-laki lain, padahal Ia hanya salah paham karena melihat giwang barang dagangan Mak Lien yang dipinjam Corrie. Pada saat itu juga rasa cinta Corrie pada Hanafi habis. Ia pun pergi dengan meninggalkan sebuah surat dan segera mencari pekerjaan. Namun karena banyaknya gosip buruk tentang Corrie, ia sampai dua kali kehilangan pekerjaan. Di saat Ia sedang bingung, kepala asrama tempatnya menginap menyampaikan bahwa Hanafi telah beberapa kali datang karena menyesal telah menuduh Corrie. Namun Corrie masih sangat marah pada Hanafi yang tidak percaya kepadanya. Akhirnya Ia memutuskan untuk menerima pekerjaan ditempat saudara kepala asrama yang ditawarkan kepadanya dan segera berangkat ke Semarang agar bisa hidup dengan tenang.
Sudah hampir setahun setelah perceraian Hanafi dan Corrie. Sejak bercerai, Hanafi tinggal dengan menumpang pada satu-satunya teman Eropa yang peduli kepadanya, namun di rumah tersebut Hanafi tidak terlalu diperlakukan dengan baik oleh nyonya pemilik rumah. Pada suatu hari sang tuan rumah, Piet, mengunjungi Hanafi dikamarnya karena Hanafi mengaku sakit kepala dan tidak turun untuk makan seharian. Dalam kesempatan itu Hanafi menanyakan alasan mengapa nyonya rumah sangat membencinya, akhirnya Piet pun menceritakan bahwa itu semua ada hubungannya dengan pernikahan dan perceraian Hanafi dengan Corrie yang beritanya sudah menyebar luas. Hampir semua orang termasuk Nyonya rumah menganggap bahwa Hanafi telah menyia-nyiakan Corrie yang sesungguhnya berhati emas, yang sudah bersedia menerima hinaan sebagai konsekuensi karena menikah dengan Hanafi, Rapiah, Ibu, dan anaknya pun juga disia-siakan hanya karena masalah kebangsaan. Piet pun memberi nasehat yang membuat mata hati Hanafi terbuka, mendadak Ia merasa bersalah pada ibunya, Rapiah, Syafei anaknya, terutama pada Corrie yang sangat dicintainya. Pada saat itu juga Ia memutuskan untuk menyusul Corrie ke Semarang dan memohon kepadanya untuk pulang bersama Hanafi.
Namun sesampainya Hanafi di panti asuhan tempat Corrie bekerja, Ia malah mendapatkan kabar buruk bahwa Corrie sedang dirawat di rumah sakit karena terserang penyakit Kolera. Maka segeralah Hanafi menuju rumah sakit tersebut dan benar saja didapatinya Corrie yang bertubuh lemah dan sedang pingsan. Saat tersadar, Corrie sangat terkejut melihat kedatangan Hanafi, Hanafi banyak sekali meminta maaf atas perbuatannya namun Corrie mengatakan bahwa sebenarnya Ia sudah lama memaafkan kesalahan Hanafi, saat kematiannya pun cepat sekali tiba, Corrie pergi dengan wajah tersenyum.
Karena sangat shock atas kematian Corrie, Hanafi jatuh sakit dan dirawat selama 2 minggu, ia sembuh setelah akhirnya menerima kepergian Corrie, hal pertama yang ingin dilakukannya adalah pulang ke kampungnya di Solok dan meminta maaf pada ibunya. Ibu Hanafi menerima permintaan maafnya dengan sangat gembira, namun Rapiah yang salah paham melihat kedatangan Hanafi langsung pulang ke rumah kedua orang tuanya membawa Syafei, hal tersebut merupakan suatu keuntungan bagi Hanafi karena Ia sama sekali tidak berniat kembali pada Rapiah karena cintanya hanya untuk Corrie, namun Ia tetap merasa bersalah pada Rapiah di masa lalu.
Setelah itu Hanafi kembali tinggal bersama dengan ibunya di Solok, Hanafi juga sudah mengundurkan diri dari kantor tempatnya bekerja di Betawi dan memutuskan tidak akan kembali kesana lagi. Hari-hari Hanafi di Solok terasa tidak berarti dan baginya Ia hanya menyusahkan ibunya, pada akhirnya Ia meminum sublimat dan jatuh sakit, namun Hanafi tidak memberitahu ibunya dan menurut untuk meminum obat dukun agar Ibunya tidak khawatir. Dokter yang dipanggil sudah berusaha sebisanya namun sia-sia karena racun yang ditelan Hanafi sudah terlalu banyak, akhirnya Hanafi pun menyusul Corrie ke alam baka setelah mengucap dua kalimat syahadat dalam jabatan tangan ibunya.
Setelah Hanafi meninggal, Ibunya kembali tinggal bersama Rapiah di Solok karena harus menyekolahkan Syafei. Rapiah selalu menolak untuk mencari ayah tiri untuk Syafei. Ibu Hanafi selalu menceritakan nasehat-nasehat kepada Syafei agar Ia tidak mendapat asuhan yang salah seperti ayahnya. Syafei pun berjanji saat Ia pulang dari Belanda, Ia akan pulang kembali ke kampung halamannya.
READ MORE - Rangkuman Salah Asuhan
Saat cerita ini dimulai, Corrie du Bussee sedang dalam pakansi dan pulang ke rumahnya di Solok. Ia sering menghabiskan waktu bersama Hanafi, sahabatnya yang keturunan Melayu. Ternyata setelah lama bergaul dengan Corrie, Hanafi merasa jatuh cinta kepadanya dan pada suatu hari Ia menyatakan perasaannya pada Corrie, namun Corrie sendiri selalu menyangkal bahwa Ia juga mencintai Hanafi, semua perilaku yang mengisyaratkan cinta Ia sangkal dan tetap teguh untuk menganggap Hanafi sebagai sahabat. Terlebih lagi ayahnya pernah mengatakan jika orang berkebangsaan Eropa menikah dengan orang dari bangsa Melayu, orang Eropa tersebut akan dipandang hina oleh teman sebangsanya. Pandangan tersebut akan lebih hina lagi apabila yang menikah dengan orang Melayu adalah wanita. Tuan du Bussee menceritakan hal itu berdasarkan pengalamannya saat menikahi almarhum ibu Corrie yang berasal dari bangsa Timur. Oleh karena itu Corrie memutuskan untuk mengunjungi temannya ke Bukittinggi disisa pakansinya agar tidak bertemu dengan Hanafi.
Hanafi merasa sangat terpukul dengan perlakuan Corrie sampai jatuh sakit, ibunya memanggil dokter dan terus mendampinginya saat dia sakit. Saat keadaan Hanafi mulai membaik, ibunya mulai mengeluarkan keluh kesahnya atas pergaulannya dengan Corrie dan kesenangannya dengan adat barat, kemudian mulai menceritakan bahwa Hanafi telah memiliki seorang tunangan bernama Rapiah dan menyuruh Hanafi menikahinya, Hanafi sangat ingin menolaknya namun ibunya berkata bahwa Hanafi mempunyai hutang budi yang sangat besar kepada ayah Rapiah dalam pembiayaan di masa sekolahnya dulu. Merasa tak punya pilihan, akhirnya Hanafi menikahi Rapiah dan mempunyai anak bernama Syaief.
Dua tahun sudah berlalu sejak Hanafi menikah, selama itu perlakuannya terhadap Rapiah selalu kasar karena ada saja yang membuat Hanafi merasa tidak puas, namun Rapiah hanya menanggapi dengan penuh kesabaran. Setiap kali sang ibu menasehatinya, Ia selalu menyalahkan ibunya yang telah memberikan istri seperti Rapiah, bahkan anaknya pun takut kepadanya. Perilaku Hanafi terhadap rumah tangganya telah menyebar di seluruh desa, pada akhirnya Hanafi menjadi tersisih dari pergaulan.
Pada suatu hari, secara tidak sengaja terkena gigitan seekor anjing gila dan harus menjalani masa pengobatan selama tiga minggu di Betawi. Saat mengantar kepergian Hanafi, Rapiah dan mertuanya merasakan firasat buruk bahwa Hanafi tidak akan pulang ke Solok lagi.
Di Betawi, Corrie yang masih bersekolah di HBS sedang tidak sabar menunggu umurnya mencapai 21 tahun agar Ia dapat menjadi orang yang merdeka dan mendapatkan uang hasil pelelangan rumahnya di Solok. Setelah ayahnya, tuan du Bussee meninggal, Corrie merasa kehilangan semangat dan tidak memiliki niat untuk sekolah sedikit pun, Ia berencana akan melanjutkan sekolah sampai berumur 21 tahun saja, namun Ia masih memikirkan apa yang akan dilakukannya setelah merdeka, Ia tidak memiliki tujuan sama sekali sampai merasa bosan untuk hidup. Saat sedang merenungkan hal tersebut, secara tidak sengaja Ia bertemu kembali dengan Hanafi, sahabat yang sangat dirindukannya dan banyak menghabiskan waktu bersamanya. Perlahan-lahan semangatnya untuk hidup muncul kembali.
Hanafi sangat bahagia saat bertemu kembali dengan Corrie yang sangat Ia rindukan, karena hanya pada Corrie dia bisa mencurahkan perasaan apapun. Segera Ia bercerita tentang pernikahannya dengan istri pemberian ibunya yang Ia nikahi karena memiliki hutang dan sangat senang karena Corrie mau mengerti dirinya. Karena tidak ingin berpisah lagi dengan Corrie, Hanafi meminta kepada kantor tempatnya bekerja di Solok agar tempat kerjanya dipindahkan ke Betawi, Ia juga memasukkan surat permohonan agar haknya disamakan dengan bangsa Belanda, bahkan mengirim surat cerai kepada Rapiah melalui Ibunya. Hanafi menceritakan hal tersebut pada Corrie di pesta ulang tahun Corrie yang ke-21. Mendengarnya, Corrie merasa berdebar-debar tidak karuan dan merasa bahwa Ia masih punya kesempatan untuk bisa hidup bersama dengan Hanafi, bahkan sampai tak sengaja berandai-andai kalau Hanafi menyatakan perasaannya lagi, kali ini Ia akan menerimanya, namun di lain pihak, Corrie merasa tidak enak hati karena Hanafi benar-benar jadi bercerai dengan Rapiah, anaknya, serta ibunya di Solok, perasaannya jadi serba salah.
Di Solok, Rapiah dan menantunya tidak henti-hentinya berharap bahwa Hanafi akan segera pulang walaupun waktu berobat tiga minggu sudah selesai, namun yang datang hanya surat keputusan yang isinya membuat hati mereka sangat sedih, ibu Hanafi yang tidak kuat kalau harus berpisah dengan Rapiah dan Syaief juga memohon dengan sangat agar mereka tetap tinggal bersamanya, Rapiah merasa sangat iba dan sedih melihat menantunya menuruti keinginannya dan bersama-sama mereka pindah ke kampung ibu Hanafi di Bonjol.
Setelah pengakuan hak Hanafi untuk disamakan dengan bangsa Eropa keluar, Hanafi diperbolehkan memakai nama Christiaan Han sebagai nama Belandanya. Ia membawa kabar gembira ini kepada Corrie kemudian melamarnya karena sekarang mereka sudah sederajat. Setelah membeli rumah dan mengurus isinya, Hanafi dan Corrie pun pergi ke ambtenaar Burgelijke Stand (pegawai pendaftaran warga negara) bersama dua orang saksi dan menikah di sana.
Namun setelah Hanafi dan Corrie menikah, kehidupan mereka ternyata tidak seperti yang Hanafi harapkan, sikap Corrie tiba-tiba berubah menjadi penurut kepada suaminya, sebenarnya Hanafi lebih menyukai Corrie yang ceria dan keras kepala namun Ia masih memakluminya. Teman-teman Hanafi dari kalangan Eropa kurang menyetujui pernikahan Hanafi dan Corrie, menurut mereka meskipun Hanafi sudah disamakan haknya dengan orang Eropa, tetap saja Hanafi seorang Bumiputra dan kurang pantas menikah dengan bangsa Eropa. Tetangga yang tinggal di sebelah rumah mereka yang merasa iri akan kecantikan Corrie juga menambah masalah dengan menyebarkan gosip aneh. Akhirnya Hanafi dan Corrie memutuskan untuk bersabar dengan hidup yang kurang pergaulan. Di tengah semua masalah ini, satu-satunya teman bagi Corrie adalah juru masaknya, dan pedagang keliling bernama mak Lien yang dapat mengembalikan keceriaannya seperti dulu. Namun mak Lien menghianati Corrie dengan bermaksud menjodohkannya dengan orang tak dikenal, hal tersebut membuat Corrie merasa sangat sakit hati. Rasa sakit hatinya semakin bertambah ketika Hanafi menuduhnya berselingkuh dengan laki-laki lain, padahal Ia hanya salah paham karena melihat giwang barang dagangan Mak Lien yang dipinjam Corrie. Pada saat itu juga rasa cinta Corrie pada Hanafi habis. Ia pun pergi dengan meninggalkan sebuah surat dan segera mencari pekerjaan. Namun karena banyaknya gosip buruk tentang Corrie, ia sampai dua kali kehilangan pekerjaan. Di saat Ia sedang bingung, kepala asrama tempatnya menginap menyampaikan bahwa Hanafi telah beberapa kali datang karena menyesal telah menuduh Corrie. Namun Corrie masih sangat marah pada Hanafi yang tidak percaya kepadanya. Akhirnya Ia memutuskan untuk menerima pekerjaan ditempat saudara kepala asrama yang ditawarkan kepadanya dan segera berangkat ke Semarang agar bisa hidup dengan tenang.
Sudah hampir setahun setelah perceraian Hanafi dan Corrie. Sejak bercerai, Hanafi tinggal dengan menumpang pada satu-satunya teman Eropa yang peduli kepadanya, namun di rumah tersebut Hanafi tidak terlalu diperlakukan dengan baik oleh nyonya pemilik rumah. Pada suatu hari sang tuan rumah, Piet, mengunjungi Hanafi dikamarnya karena Hanafi mengaku sakit kepala dan tidak turun untuk makan seharian. Dalam kesempatan itu Hanafi menanyakan alasan mengapa nyonya rumah sangat membencinya, akhirnya Piet pun menceritakan bahwa itu semua ada hubungannya dengan pernikahan dan perceraian Hanafi dengan Corrie yang beritanya sudah menyebar luas. Hampir semua orang termasuk Nyonya rumah menganggap bahwa Hanafi telah menyia-nyiakan Corrie yang sesungguhnya berhati emas, yang sudah bersedia menerima hinaan sebagai konsekuensi karena menikah dengan Hanafi, Rapiah, Ibu, dan anaknya pun juga disia-siakan hanya karena masalah kebangsaan. Piet pun memberi nasehat yang membuat mata hati Hanafi terbuka, mendadak Ia merasa bersalah pada ibunya, Rapiah, Syafei anaknya, terutama pada Corrie yang sangat dicintainya. Pada saat itu juga Ia memutuskan untuk menyusul Corrie ke Semarang dan memohon kepadanya untuk pulang bersama Hanafi.
Namun sesampainya Hanafi di panti asuhan tempat Corrie bekerja, Ia malah mendapatkan kabar buruk bahwa Corrie sedang dirawat di rumah sakit karena terserang penyakit Kolera. Maka segeralah Hanafi menuju rumah sakit tersebut dan benar saja didapatinya Corrie yang bertubuh lemah dan sedang pingsan. Saat tersadar, Corrie sangat terkejut melihat kedatangan Hanafi, Hanafi banyak sekali meminta maaf atas perbuatannya namun Corrie mengatakan bahwa sebenarnya Ia sudah lama memaafkan kesalahan Hanafi, saat kematiannya pun cepat sekali tiba, Corrie pergi dengan wajah tersenyum.
Karena sangat shock atas kematian Corrie, Hanafi jatuh sakit dan dirawat selama 2 minggu, ia sembuh setelah akhirnya menerima kepergian Corrie, hal pertama yang ingin dilakukannya adalah pulang ke kampungnya di Solok dan meminta maaf pada ibunya. Ibu Hanafi menerima permintaan maafnya dengan sangat gembira, namun Rapiah yang salah paham melihat kedatangan Hanafi langsung pulang ke rumah kedua orang tuanya membawa Syafei, hal tersebut merupakan suatu keuntungan bagi Hanafi karena Ia sama sekali tidak berniat kembali pada Rapiah karena cintanya hanya untuk Corrie, namun Ia tetap merasa bersalah pada Rapiah di masa lalu.
Setelah itu Hanafi kembali tinggal bersama dengan ibunya di Solok, Hanafi juga sudah mengundurkan diri dari kantor tempatnya bekerja di Betawi dan memutuskan tidak akan kembali kesana lagi. Hari-hari Hanafi di Solok terasa tidak berarti dan baginya Ia hanya menyusahkan ibunya, pada akhirnya Ia meminum sublimat dan jatuh sakit, namun Hanafi tidak memberitahu ibunya dan menurut untuk meminum obat dukun agar Ibunya tidak khawatir. Dokter yang dipanggil sudah berusaha sebisanya namun sia-sia karena racun yang ditelan Hanafi sudah terlalu banyak, akhirnya Hanafi pun menyusul Corrie ke alam baka setelah mengucap dua kalimat syahadat dalam jabatan tangan ibunya.
Setelah Hanafi meninggal, Ibunya kembali tinggal bersama Rapiah di Solok karena harus menyekolahkan Syafei. Rapiah selalu menolak untuk mencari ayah tiri untuk Syafei. Ibu Hanafi selalu menceritakan nasehat-nasehat kepada Syafei agar Ia tidak mendapat asuhan yang salah seperti ayahnya. Syafei pun berjanji saat Ia pulang dari Belanda, Ia akan pulang kembali ke kampung halamannya.
